Memahami pijakan budaya pendidikan Pancasila merupakan langkah fundamental untuk menyelami akar filosofis bangsa Indonesia. Pancasila bukan sekadar kumpulan lima sila, melainkan kristalisasi nilai-nilai luhur yang telah mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat Indonesia selama berabad-abad. Pendidikan Pancasila, dengan demikian, bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai tersebut agar menjadi panduan hidup bagi setiap warga negara. Ini adalah upaya berkelanjutan untuk menjaga identitas dan karakter bangsa di tengah dinamika global.
Nilai-nilai Pancasila, seperti kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, keadilan, dan ketuhanan, telah lama hidup dalam berbagai tradisi, adat istiadat, serta kearifan lokal di seluruh pelosok Nusantara. Sebagai contoh, praktik gotong royong yang lazim ditemukan di banyak komunitas, mulai dari Sabang hingga Merauke, adalah manifestasi nyata dari nilai persatuan dan kemanusiaan. Demikian pula, musyawarah untuk mufakat dalam pengambilan keputusan, yang telah dipraktikkan sejak zaman nenek moyang, mencerminkan nilai kerakyatan. Oleh karena itu, pijakan budaya pendidikan Pancasila sangat relevan dan tidak bisa dilepaskan dari konteks sejarah dan sosiokultural bangsa.
Pentingnya pijakan budaya pendidikan Pancasila semakin terasa di era modern ini. Tantangan globalisasi dan arus informasi yang deras seringkali mengikis nilai-nilai luhur bangsa. Dalam konteks ini, pendidikan Pancasila berfungsi sebagai benteng moral dan ideologi. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melalui rilis pers tanggal 15 Mei 2025, menekankan pentingnya integrasi nilai-nilai Pancasila dalam kurikulum pendidikan formal maupun informal, guna memperkuat karakter generasi muda. Ini adalah upaya untuk memastikan bahwa generasi penerus tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki integritas moral dan etika yang kuat.
Pendidikan Pancasila juga berperan dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa yang majemuk. Dengan menghayati nilai-nilai kebhinekaan dalam Pancasila, seperti toleransi dan gotong royong, masyarakat dapat hidup berdampingan secara harmonis meskipun memiliki latar belakang suku, agama, dan budaya yang berbeda. Sebuah studi kasus yang dilakukan oleh Pusat Kajian Pancasila Universitas Gadjah Mada pada tahun 2024 menunjukkan bahwa komunitas yang aktif mengamalkan nilai-nilai Pancasila cenderung memiliki tingkat konflik sosial yang lebih rendah dan partisipasi warga dalam pembangunan yang lebih tinggi.
Sebagai kesimpulan, pijakan budaya pendidikan Pancasila adalah fondasi yang tak tergantikan dalam membangun karakter dan jati diri bangsa. Dengan berakar pada nilai-nilai luhur yang telah ada sejak lama, pendidikan Pancasila terus relevan untuk membentuk warga negara yang berintegritas, toleran, dan berwawasan kebangsaan. Ini adalah investasi jangka panjang untuk menjaga keutuhan dan kemajuan Indonesia.